Selasa, 05 November 2013

kisah nyata

Istigfar dan Keberkahan Rizki

Seorang ikhwan pergi ke pasar untuk menjual dagangannya. Waktu itu pasar sesak dengan penjual dan pembeli. Dia duduk di tempat yang telah disiapkan untuk jualan dan menjajakan dagangannya, sementara itu ia duduk di dekatnya. Waktu berlalu lama tapi orang-orang tidak ada yang tertarik dengan barangnya. Orang-orang datang melihat kemudian pergi. Dia sangat membutuhkan uang dan mau tidak mau harus menjual barangnya ini. Waktu sudah lama, tapi tidak seorang pun yang mau membeli. Dia merasa sempit dan mulai berpikir, apa yang harus dia lakukan? Seketika muncul di ingatannya sebuah hadits yang pernah dia dengar dari imam masjid, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
“Barangsiapa memperbanyak istighfar, Allah membuatkannya dari setiap kesusahan ada jalan keluar dan dari setiap kesempitan ada penyelesaian, serta menganugerahinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
Dia pun mulai beristighfar dan beristighfar, dia bercerita, “Demi Allah, tatkala saya memulai istighfar orang-orang mulai datang kepadaku. Yang ini ingin membelinya dan yang lain lagi ingin agar dia yang membelinya. Yang ini menambah harga dan yang lain menaikkannya lagi. Sampai akhirnya saya merasa senang. Saya menjual habis daganganku dan alhamdulillah. Saya pulang ke rumah dengan membawa uang sementara kedua mataku meneteskan air mata karena saya telah banyak mengabaikan harta berharga ini (istighfar) dan alhamdulillah, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.”

kisah nyata

Istigfar dan Keberkahan Rizki

Seorang ikhwan pergi ke pasar untuk menjual dagangannya. Waktu itu pasar sesak dengan penjual dan pembeli. Dia duduk di tempat yang telah disiapkan untuk jualan dan menjajakan dagangannya, sementara itu ia duduk di dekatnya. Waktu berlalu lama tapi orang-orang tidak ada yang tertarik dengan barangnya. Orang-orang datang melihat kemudian pergi. Dia sangat membutuhkan uang dan mau tidak mau harus menjual barangnya ini. Waktu sudah lama, tapi tidak seorang pun yang mau membeli. Dia merasa sempit dan mulai berpikir, apa yang harus dia lakukan? Seketika muncul di ingatannya sebuah hadits yang pernah dia dengar dari imam masjid, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
“Barangsiapa memperbanyak istighfar, Allah membuatkannya dari setiap kesusahan ada jalan keluar dan dari setiap kesempitan ada penyelesaian, serta menganugerahinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
Dia pun mulai beristighfar dan beristighfar, dia bercerita, “Demi Allah, tatkala saya memulai istighfar orang-orang mulai datang kepadaku. Yang ini ingin membelinya dan yang lain lagi ingin agar dia yang membelinya. Yang ini menambah harga dan yang lain menaikkannya lagi. Sampai akhirnya saya merasa senang. Saya menjual habis daganganku dan alhamdulillah. Saya pulang ke rumah dengan membawa uang sementara kedua mataku meneteskan air mata karena saya telah banyak mengabaikan harta berharga ini (istighfar) dan alhamdulillah, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.”

kisah nyata

Istigfar dan Keberkahan Rizki

Seorang ikhwan pergi ke pasar untuk menjual dagangannya. Waktu itu pasar sesak dengan penjual dan pembeli. Dia duduk di tempat yang telah disiapkan untuk jualan dan menjajakan dagangannya, sementara itu ia duduk di dekatnya. Waktu berlalu lama tapi orang-orang tidak ada yang tertarik dengan barangnya. Orang-orang datang melihat kemudian pergi. Dia sangat membutuhkan uang dan mau tidak mau harus menjual barangnya ini. Waktu sudah lama, tapi tidak seorang pun yang mau membeli. Dia merasa sempit dan mulai berpikir, apa yang harus dia lakukan? Seketika muncul di ingatannya sebuah hadits yang pernah dia dengar dari imam masjid, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
“Barangsiapa memperbanyak istighfar, Allah membuatkannya dari setiap kesusahan ada jalan keluar dan dari setiap kesempitan ada penyelesaian, serta menganugerahinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
Dia pun mulai beristighfar dan beristighfar, dia bercerita, “Demi Allah, tatkala saya memulai istighfar orang-orang mulai datang kepadaku. Yang ini ingin membelinya dan yang lain lagi ingin agar dia yang membelinya. Yang ini menambah harga dan yang lain menaikkannya lagi. Sampai akhirnya saya merasa senang. Saya menjual habis daganganku dan alhamdulillah. Saya pulang ke rumah dengan membawa uang sementara kedua mataku meneteskan air mata karena saya telah banyak mengabaikan harta berharga ini (istighfar) dan alhamdulillah, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.”

kisah nyata

Istigfar dan Keberkahan Rizki

Seorang ikhwan pergi ke pasar untuk menjual dagangannya. Waktu itu pasar sesak dengan penjual dan pembeli. Dia duduk di tempat yang telah disiapkan untuk jualan dan menjajakan dagangannya, sementara itu ia duduk di dekatnya. Waktu berlalu lama tapi orang-orang tidak ada yang tertarik dengan barangnya. Orang-orang datang melihat kemudian pergi. Dia sangat membutuhkan uang dan mau tidak mau harus menjual barangnya ini. Waktu sudah lama, tapi tidak seorang pun yang mau membeli. Dia merasa sempit dan mulai berpikir, apa yang harus dia lakukan? Seketika muncul di ingatannya sebuah hadits yang pernah dia dengar dari imam masjid, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
“Barangsiapa memperbanyak istighfar, Allah membuatkannya dari setiap kesusahan ada jalan keluar dan dari setiap kesempitan ada penyelesaian, serta menganugerahinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
Dia pun mulai beristighfar dan beristighfar, dia bercerita, “Demi Allah, tatkala saya memulai istighfar orang-orang mulai datang kepadaku. Yang ini ingin membelinya dan yang lain lagi ingin agar dia yang membelinya. Yang ini menambah harga dan yang lain menaikkannya lagi. Sampai akhirnya saya merasa senang. Saya menjual habis daganganku dan alhamdulillah. Saya pulang ke rumah dengan membawa uang sementara kedua mataku meneteskan air mata karena saya telah banyak mengabaikan harta berharga ini (istighfar) dan alhamdulillah, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.”
Gadis itupun berkata, “Kedatanganku bukan untuk membeli apapun. Selama beberapa hari ini aku keluar masuk pasar untuk mencari seorang pria yang menarik hatiku dan bersedia menikah denganku. Dan engkau telah membuatku tertarik. Aku memiliki harta. Apakah engkau mau menikah denganku?”
Laki-laki itu berkata, “Aku telah menikahi sepupuku, dialah istriku. Aku telah berjanji kepadanya untuk tidak membuatnya cemburu dan aku juga telah mempunyai seorang anak darinya.”
Wanita itu mengatakan, “Aku rela jika engkau hanya mendatangiku dua kali dalam seminggu.” Akhirnya laki-laki itupun setuju lalu bangkit bersamanya. Akad nikah pun dilakukan. Kemudian dia pergi menuju rumah gadis tersebut dan berhubungan dengannya.
Setelah itu, si pedagang kain pulang ke rumahnya lalu berkata kepada istrinya, “Ada teman yang memintaku tinggal semalam di rumahnya.” Dia pun pergi dan bermalam bersama istri barunya.
Setiap hari setelah zhuhur dia mengunjungi istri barunya. Hal ini berlangsung selama delapan bulan, hingga akhirnya istrinya yang pertama mulai merasa aneh dengan keadaannya. Dia berkata kepada pembantunya, “Jika suamiku keluar, perhatikanlah ke mana dia pergi.”
Si pembantu pun membuntuti suami majikannya pergi ke toko, namun ketika tiba waktu zhuhur dia pergi lagi. Si pembantu terus membuntuti tanpa diketahui hingga tibalah suami majikannya itu di rumah istri yang baru. Pembantu itu mendatangi tetangga-tetangga sekitar dan bertanya, “Rumah siapakah ini?” Mereka menjawab, “Rumah milik seorang wanita yang telah menikah dengan seorang penjual kain.”
Pembantu itu segera pulang menemui majikannya lalu menceritakan hal tersebut. Majikannya berpesan, “Hati-hati, jangan sampai ada seorang pun yang lain mengetahui hal ini.” Dan istri lama si pedagang kain juga tetap bersikap seperti biasa terhadap suaminya.
Si pedagang kain menjalani kehidupan bersama istrinya yang baru selama satu tahun. Lalu dia jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia dengan meninggalkan warisan sebanyak delapan ribu dinar. Maka istri yang pertama membagi harta warisan yang berhak diterima oleh putranya, yaitu tujuh ribu dinar. Sementara sisanya yang berjumlah seribu dinar ia bagi menjadi dua. Satu bagian ia letakkan di dalam kantong, kemudian ia berkata kepada pembantunya, “Ambillah kantong ini dan pergilah ke rumah wanita itu. Beritahukan kepadanya bahwa suaminya telah meninggal dengan mewariskan uang sebesar delapan rib dinar. Putranya telah mengambil tujuh ribu dinar yang menjadi haknya, dan sisanya seribu dinar aku bagi denganmu, masing-masing memperoleh setengah. Inilah bagian untukmu. Dan sampaikan salamku juga untuknya.”
Si pembantu pun pergi ke rumah istri kedua si pedagang kain, kemudian mengetuk pintu. Setelah masuk, disampaikannyalah berita tentang kematian si pedagang kain, dan pesan dari istri pertamanya. Wanita itupun menangis, lalu membuka kotak miliknya dan mengeluarkan secarik kertas seraya berkata kepada si pembantu, “Kembalilah kepada majikanmu dan sampaikan salamku untuknya. Beritahukan kepadanya bahwa suaminya telah menceraikanku dan telah menulis surat cerai untukku. Maka kembalikanlah harta ini kepadanya karena sesungguhnya aku tidak berhak mendapatkan harta warisannya sedikitpun.